Sabtu, 17 Agustus 2013

Sahabat Penaku

Tahun 2004 keika saya masih duduk di bangku SMA.. Waktu itu saya di kirim oleh sekolah mewakili lomba matematika di Pacitan bersama dengan kedua temanku. Singkat cerita dalam perjalananku ini saya bertemu dengan seorang siswa yang sangat cerdas bernama Sohib Pujianto. Notabene dia adalah siswa asal Palembang. Boleh dikatakan dia adalah sosok yang sangat saya kagumi. Selain pintar dia juga taat dalam beribadah. Waktu itu adalah masa dimana saya sangat enggan mengenal laki-laki lebih dekat. Bukan karena saya masih sangat muda tapi memang saya masih ingin serius dalam belajar. Hari demi hari dia semakin dekat dengan saya. Dia sangat baik.. Dia slalu mengirim surat kepada saya. Yang slalu aku ingat sampai saat ini dia selalu memanggilku dengan sebutan "dear". Dan tepat pada kelulusan SMA saya mencarinya kembali dan dia sudah kembali ke Palembang tanpa berpamitan dengan saya.. Saya slalu berfikir " Dimana aku harus mencarimu sohib"???.. Dan akupun mulai tidak mempedulikanya hingga pada suatu hari aku mendengar berita kalau dia sudah menikah. Hancur perasaanku tidak tau mengapa. Mungkin karena aku mulai menyukainya. Bertahun-tahun aku berfikir dan tanpa sedikitpun dia memberitahuku kabar gembiranya. Kuberanikan diri mencari nomer telponya pada temanku yang bernama Eka. Aku hanya ingin memastikan dia bahagia dengan keluarga barunya. Dan saat aku tidak akan mengganggu pikiranya lagi karena aku juga sudah menikah dengan pria yang sangat menyayangiku. Aku hanya ingin melihatnya tersenyum dengan keluarga kecilnya. Aku mengirimkan SMS beberapa kalimat berharap nomor yang aku hub ini benar. Beberapa hari SMS aku tidak di balas mungkin memang saya salah sambung. Di hari ketiga ada SMS balasan dan benar itu adalah Sohib. Terkejutlah diri saya ketika saya mendengar dari sohib bhwa selama ini dia sangat merindukan saya dan mencari saya kemana2. Dan bahkan berita jika dia sudah menikah itu tidak benar. Air mata saya berjatuhan.. Tuhan.. Kenapa Kau pertemukan kembali dengan Sahabat hati saya dalam keadaan yang sudah berbeda. Tapi sudahlah.. Mungkin kita memang belum berjodoh. Saya hanya berharap dia bisa menemukan wanita yang bisa menjadi pendamping yang baik dalam perjalanan hidupnya.

Minggu, 28 Juli 2013

Sukses itu Bahagia,Sehat dan Makmur

Perjalanan hidupku adalah jalan yang harus aku tempuh. Inspirasiku berawal ketika saya slalu dinasehati oleh guru besar saya Bapak. Fadlal Khirom. Dia slalu berkata bahwa semuanya berawal dari sebuah mimpi. Iya. Semuanya adalah mimpi saya. Ketika saya berada dalam 10 tahun yang lalu. Siapa sangka semua orang bahkan sangat pesimis dengan mimpi2 saya ini. Sebagian mereka berkata " Kamu itu ibarat pungguk merindukan bulan". Tapi dalam tekad saya adalah saya bisa melanjutkan kuliah saya dan saya bisa mengejar cita2 saya menjadi sorang consultan. Iya. Pekerjaan ini boleh dibilang hal yang sangat mudah bagi mereka yang lahir digolongan menengah ke atas. Tapi tidak bagi saya. Saya terlahir dari ras yang sangat miskin. Boleh dikatakan keluarga saya sudah hancur ketika saya masih kecil. Saya sembari bekerja untuk bisa melanjutkan pendidikan saya. Mungkin jika saya menerima keadaan saya pada waktu itu. Saya akan bernasib sama dengan teman2 saya yang menjadi pembantu rumah tangga di negara lain. Tidak sebersitpun dalam pikiran saya untuk mengambil pekerjaan itu. Saya bisa mendapat penghasilan yang lebih dari mereka tanpa harus menjadi budak negara. Itu yang ada dalam pikiran saya waktu itu. Hari haripun aku lalu dengan susah payah. Hinaan dan cemoohan datang dari mana saja. Banyak pihak yang berusaha menghancurkan hidup saya. Bahkan orang yang sangat saya sayangi pun menghancurkan masa depan saya. Jiwa dan pikiran saya terbuka ketika saya banyak membaca buku karangan Aid Al- Qarni. Dari sini saya mulai bangkit. Saya kembali melanjutkan kuliah saya yang sempat terbengkalai. Dan hingga saya bisa menyandang gelar Sarjana Ekonomi. Dan saya juga percaya Allah itu pasti akan membayar pengorbanan saya selama ini. Dan semua itu baru terjawab ketika saat ini saya bisa melanjutkan kuliah lagi di pasaca sarjana dan sayapun tidak merasakan kekurangan apapun saat ini. Kabahagiaan saya ketika saya bisa menikah dengan orang yang bisa mengerti saya. Dan lahirnya buah hati saya yang sangat manis dan nantinya akan melanjutkan perjuangan saya. Pesan untuk semua " Janganlah berputus asa dengan kekurangan yang anda miliki. Di luar sana menanti kesuksesan besar. Jangan melihat 1% kesuksesan para pembisnis besar tapi lihatlah 99% kegagalan mereka".

Sahabat baruku Melinda Gunawan

Saya bau menyadari saat ini ketika saya bertemu dengan seorang yang bisa dikatakan dia adalah atasanku, boleh dikatakan juga dia adalah sahabatku. Saat pertama -tama berbincang denganya adalah hal yang sangat tidak nyaman. Ketika dia banyak menyinggung masalah agama dan keyakinan. Dia bukan orang yang fundamentalis tapi saya orang yang fundamentalis. Awalnya saya sangat terkejut jangan2 saya berbicara dengan seorang acnostik atau atheis. Tapi lama2 saya tidak peduli dengan apa yang ada dalam pikiranya. Saya hany merasa begitu banyak pelajaran yang saya dapat darinya dalam pergaulan kami ini. Dalam batin saya walaupun dia seorang atheis pun dia tidak akan pernah mempengaruhi diri saya yang sangat fundamentalis. Beberapa hari yang lalu ketika kami berada dalam satu kamar hotel di Samarinda. Begitu banyak pengalam kami disana. Terutama canda tawa diantara kami. Yang slalu membuat saya kangen sama dia. Dialah sahabat baruku.. Cece Melinda Gunawan. I love u moreee...!!!